(http://www.topix.com/forum/world/malaysia/TH80PO5GENMKE88B0)


Mobil GEA dari produk INKA Madiun masih terus disempurnakan. Mobil ini sedang dalam proses dikembangkan oleh para ahli di Indonesia menjadi the city car. GEA baru hadir dengan mesin 500 cc buatan lokal dengan body buatan INKA.
Dr. Nyoman Jujur, selaku koordinator RUSNAS Enggine (Riset Unggulan Strategis Nasional) dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mengakui mobil GEA yang saat ini menggunakan mesin berkapasitas 650 cc buatan Cina akan mengalami perubahan. Pihak BPPT-pun sudah berkordinasi dengan PT INKA.
Saat ini, body mobil GEA tetap menggunakan produk PT INKA, namun mesin dibuat oleh sebuah sebuah industri lokal yaitu PT VEGA yang berlokasi di Tegal, Jawa Tengah. Dana yang didapatkan untuk membuat mesin tersebut berasa dari Kementerian Riset dan Teknologi (Menristek).
Saat dihubungi detikoto, Kamis (9/10/2008), Nyoman menjelaskan bahwa GEA baru akan menggunakan mesin 500 cc dan tetap menggunakan mesin multiguna dengan 4 perpindahan dan 1 transmisi mundur. "Dan rencananya akan menggunakan mesin yang lebih besar lagi kapasitasnya, hanya tinggal menunggu waktu," kata dia.
Uji emisi dan ketahanan mesin buatan lokal, sementara ini hasilnya cukup memuaskan. Mesin yang diuji oleh BPPT dengan menggunakan dainotes (simulasi) selama 100 jam tanpa henti menghasilkan mesin yang stabil dan bagus, dan lebih baik dari mesin buatan Cina. Mobil GEA yang proses pembuatannya sudah 6 tahun dan melewati tahap trial by error diharapkan dapat diterima di hati masyarakat Indonesia. "Mudah-mudahan akan masuk pasar City Car di Indonesia," ungkap Nyoman.
PT INKA sampai saat ini masih menunggu hasil ujicoba yang dilakukan oleh BPPT sebagai pihak yang pertama berwenang melakukan uji kendaraan dan masih menunggu lampu hijau Dephub atas otoritas mengizinkan GEA untuk berjalan. Setelah itu barulah dilempar ke pasaran. Sejauh ini, 5 sampel produk telah disiapkan BPPT dan PT INKA sebagai contoh.
Madiun - Meski menempatkan institusi sebagai bidikan pertama, PT INKA optimis mobil GEA juga akan mendapat sambutan publik (perseorangan). Pasalnya, konsumsi BBM GEA terbilang irit. 1 liter premium bisa untuk 30 km. Lalu bagaimana purna jualnya? Bagaimana soal perawatan dan ketersediaan suku cadang? PT INKA selaku produsen menyadari betul hal itu, karenanya jika jadi dipasarkan PT INKA berjanji segera juga membangun jaringan marketing dan aftersales di pelbagai kota.
“Kedepannya juga akan melakukan penjaringan marketing – marketing dari kelembagan yang ada di kota – kota besar namun kesemuanya masih menunggu hasil tes ujicoba oleh BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) di Jakarta,” ujar Humas PT Inka Fathor Rashid, Rabu (8/10/2008).
Rencana membuat jaringan besar untuk GEA tersebut tentunya juga menunggu respon dari masyarakat. Apabila publik juga antusias terhadap GEA, PT INKA tak kan menunggu lama untuk membuat jaringan aftersales di berbagai kota. “Semua bisa memiliki mobil GEA karena saya yakin nyaman dan irit BBM. Suku cadangnya murah dan perawatannya bisa dimana saja, sehingga daya beli masyarat juga banyak," jelas Rashid.
Rashid pribadi optimis GEA akan mendapat sambutan. Pasalnya, prilaku sebagian besar konsumen lokal cenderung menyukai mobil yang irit bahan bakar. Terlebih di jaman harga minyak naik gila-gila-an seperti saat ini. Nah, GEA menurutnya memberi solusi. Jika mempergunakan bahan bakar premium, menurut Rashid, konsumsi BBM GEA bisa mencapai 25-30 km untuk setiap liternya.Angka itu sudah nampak dalam hasil ujicoba yang telah dilakukan pada jalur Madiun, Ngawi, Ponorogo, Pacitan dan Magetan. "Dari pengujian 10 ribu Km tersebut selama 3 bulan mulai April hingga Juli oleh tim kami, terbukti memang irit dan suara mesin pun nyaris tidak bunyi," tambah Rasyid. Soal tanjakan jangan khawatir, jalur Sarangan yang penuh tanjakan pun menurut Rashid, mampu dilalui GEA.
Selain soal konsumsi BBM, harga yang murah dan perawatan yang mudah juga dihitung Rashid sebagai keunggulan kompetitif GEA dibandingkan kompetitornya kelak. Kalau sudah mendapat lampu hijau dari BPPT, PT INKA memprediksi bisa memberi harga GEA pada bandrol Rp 45- Rp 50 juta per unit.
GEA saat ini tengah dikembangkan oleh PT INKA dan telah menjalani ujicoba 10.000 km. Bahan bakar GEA diutamakan menggunakan BBG namun terbuka opsi untuk juga mengunakan BBM Premium mengingat tingkat konsumsinya yang sedikit. PT INKA sendiri masih memprioritaskan pasar institusi jikalau GEA nanti lolos uji BPPT. Namun, pasar personal juga dibuka lebar.
Madiun - PT INKA (Industri Nasional Kereta Api) mulai membuka lebar informasi tentang GEA, mobil nasional yang dikembangkannya di Madiun. Tampilannya ternyata jauh lebih baik ketimbang Kancil, model awal yang dikembangkan PT INKA sebelumnya. Setidaknya itulah yang disaksikan detikoto saat berkunjung ke PT INKA, Rabu (8/10/2008).
Untuk GEA ini, eksteriornya sudah mendekati mobil di kelas citycar lainnya, hanya perlu sedikit polesan aksesori agar menawan. Sementara interiornya, saat ini terbilang masih sederhana. Belum ada AC, tape stereo maupun power window. Namun jika nanti saat siap dipasarkan, interiornya takkan jauh berbeda tampilannya dengan citycar lainnya.
Jaminan ini dberikan oleh Humas PT INKA, Fathor Rashid. “Sementara ini, dari 3 mobil yang telah diuji coba memang belum ada fasilitas yang memadai karena harganya juga murah, namun pasti ke depannya pasti lebih nyaman. Karena niat awalnya memang kita utamakan ramah lingkungan dan murah,” tutur Rashid.
Untuk rencana penyempurnaan fisik eksterior dan interior, Rashid mengatakan PT INKA berkomitmen untuk menggandeng indutsri kecil, sehingga keberadaan komponen lokal pada mobil GEA tetap tinggi. Saat ini saja , kandungan lokalnya telah mencapai 80%. “Kita akan gandeng industri kecil untuk kelengkapan yang kita butuhkan seperti jok misalnya harus melibatkan industri kecil untuk mempercepat proses.”
GEA sendiri memiliki spesifikasi mesin berkapasitas 650 cc (bandingkan dengan Daihatsu Ceria yang punya kapasitas 800 cc). Mesinnya bekerjasama dengan sebuah industri di Cina, yang mampu dipacu sampai dengan kecepatan 85 km/jam.
PT INKA sendiri sampai saat ini masih menunggu hasil ujicoba yang dilakukan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) sebagai pihak yang pertama berwenang melakukan uji kendaraan sebelum dilemparkan ke pasaran. Sejauh ini, 3 sampel produk telah diserahkan kepada BPPT.